Kamis, 25 Juni 2015

ARTIKEL BK



Teknik Cognitive Behavioral Therapy untuk Mengatasi Gangguan Curi Patologis (Kleptomania) pada Anak MI
Kata kunci: Cognitive Behavioral Therapy, Gangguan Curi Patologis (Kleptomania).

PENDAHULUAN
Mengambil barang milik orang lain adalah satu hal yang tidak boleh dilakukan oleh siapapun baik anak kecil, maupun orang dewasa. Karena barang orang lain semestinya bukanlah menjadi hak kita. Oleh karena itu penanaman konsep kepemilikan dan pembiasaan bersikap jujur haruslah ditanamkan sejak usia dini. Pada umumnya usia MI yaitu setelah usia 7 tahun, seorang anak seharusnya sudah lebih memahami tentang kepemilikan dan kejujuran. Pada saat ini, anak sudah mampu membedakan mana yang nyata dan mana fantasi, serta sudah paham tentang menghormati barang milik orang lain. Tentu saja seorang anak sangat memerlukan pengarahan dari orangtua, dia tidak dapat dibiarkan tumbuh secara natural. Dan salah satu yang sangat perlu dilakukan orangtua adalah memberikan pengawasan pada anak
Kenyataannya mengambil barang orang lain yang biasa disebut kleptomania saat ini sering terjadi pada anak-anak usia MI. Padahal anak-anak tersebut mengetahui bahwa mencuri itu tidak diperbolehkan, mencuri adalah perbuatan yang tidak benar. Tetapi dengan pengetahuannya itu terkadang mereka menafikan dan kemudian mereka melakukan hal tersebut.
Kleptomania pertama kali diakui secara resmi di Amerika Serikat sebagai gangguan mental pada tahun 1960 dalam kasus negara bagian California oleh Douglas Jones.. Dari semua melaporkan mengutil, kurang dari 5% yang benar-benar dilakukan oleh kelainan kleptomaniacs. Kleptomania penyebab tidak diketahui, walaupun mungkin mempunyai komponen genetik dan dapat ditularkan di antara kerabat tingkat pertama. Ada juga tampaknya menjadi kecenderungan yang kuat untuk kleptomani untuk hidup berdampingan dengan obsesif-compulsive disorder, bulimia nervosa, dan depresi klinis.
Sebagian besar pengidap kleptomania berjenis kelamin wanita, Sebuah penelitian di Stanford University mengungkap, 62,5 persen penderita kleptomania adalah perempuan sementara 37,5 persen sisanya adalah laki-laki. Usia rata-rata saat didagnosis positif mengidap gangguan kejiwaan ini adalah 45,6 tahun. Penyakit ini umum muncul pada masa puber dan ada sampai dewasa. Pada beberapa kasus, kleptomania diderita seumur hidup.  Sedangkan untuk  anak-anak sulit memvonis apakah seseorang itu kleptomania.
Pada dasarnya ada batas antara miliknya dan milik orang lain, anak-anak sebetulnya mempunyai konsep itu, pada masa kecil mainan ini mainanku, barang ini barangku. Tapi masalahnya anak-anak kecil belum bisa berkata bahwa barangmu bukan barangku, dia cenderung berkata barangmu barangku. Anak-anak yang egosentriknya tinggi sekali, biasanya tidak mengenal batas ini jadi terus dia langgar. Barang orang lain adalah barangku, jadi mendefinisikan dirinya sangat luas, ini maksudnya adalah egois sekali terlalu egosentrik.



PEMBAHASAN
Kleptomania (bahasa Yunani: κλέπτειν, kleptein, “mencuri”, μανία, “mania”) adalah penyakit jiwa yang membuat penderitanya tidak bisa menahan diri untuk mencuri, tidak dapat menahan keinginan untuk mengumpulkan atau menimbun barang. Orang dengan kelainan ini terdorong untuk mencuri barang-barang, umumnya barang-barang yang tidak berharga, seperti mencuri gula, permen, sisir, atau barang-barang lainnya. Sang penderita biasanya merasakan rasa tegang subjektif sebelum mencuri dan merasakan kelegaan atau kenikmatan setelah mereka melakukan tindakan mencuri tersebut. Tindakan ini harus dibedakan dari tindakan mencuri biasa yang biasanya didorong oleh motivasi keuntungan dan telah direncanakan sebelumnya.
Mc. Elroy dan Arnold (2001) menyatakan bahwaa ketidak mampuan seseorang menolak dorongan berulang untuk mencuri barang barang yang sebenarnya tidak diperlukan untuk kegunaan pribadi atau yang dicuri bukan karena nilai uangnya. Tindakannya mengikuti pola tertentu yaitu merasakan ketegangan tepat sebelum mencuri dan diikuti rasa puas atau lega saat pencuriandilakukan.
Ada 4 hal yang menyebabkan anak mencuri adalah sbb: 1) Anak mencuri karena dia adalah anak yang impulsif. Impulsif berarti seseorang yang mempunyai dorongan yang kuat untuk mempunyai sesuatu, dan waktu dia menginginkan sesuatu dia harus mendapatkannya dengan seketika. 2) Anak yang membutuhkan perhatian, karena hidup di lingkungan yang kurang sekali perhatian, dia sangat butuh aktifitas. Waktu dia membutuhkan aktifitas, yang dilakukan ialah mencuri, dengan dia mencuri dia bisa membeli barang yang ia inginkan sebab di rumah atau di sekolah kemungkinan besar dia tidak mendapatkan perhatian, jadi anaknya menyendiri. 3) Tipe anak yang egosentrik, anak-anak yang sangat egois di mana keinginannya tidak boleh dibendung, yang dia inginkan harus dia dapatkan, dia tidak mengenal batas milik, bahwa ini milik orang lain, ini milik saya sebab orang pun harus tunduk pada keinginannya. 4) Tipe keempat adalah anak yang bermasalah. Atau yang lebih sering disebut kleptomania yaitu anak-anak yang sebetulnya kompulsif anak-anak yang mempunyai problem perilaku, di mana dia harus mencuri meskipun dia tidak membutuhkan barang yang dia inginkan tapi dia mengambilnya, karena itu suatu perilaku yang harus dia lakukan.
Menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders- DSM IV-TR (text revision) terbitan American Psychiatric Association (Edisi ke IV, 2000) ciri-ciri kleptomania adalah: 1) Pengulangan mencuri benda-benda yang tidak dibutuhkan oleh individu yang bersangkutan atau kadang benda-benda itu diberikan untuk orang lain. Benda-benda yang diambil adalah benda-benda yang tidak mempunyai nilai, tidak berharga. 2) Peningkatan dorongan secara terus-menerus sebelum mencuri. 3) Timbul rasa senang ketika mencuri berhasil dilakukan. 4) Proses mencuri tersebut tidak dimotivasi oleh rasa marah atau keinginan untuk balas dendam dan tidak disebabkan oleh delusi dan halusinasi. 5) Perilaku tersebut tidak disebabkan oleh conduct disorder, manic episode pada gangguan bipolar, atau gangguan kepribadian antisosial. 6) Orang kleptomania biasanya akan mengalami stress sebelum mengambil dan juga dia tidak mempunyai rasa bersalah. 7) Umumnya Penderita Mampu Membeli Barang Yang Dia Curi. 8) Penderita Akan Merasa Tegang Saat Melihat Barang Yang Dia Inginkan Dan Sesaat Sebelum Mengambulnya.Setelah Berhasil Ia Akan Merasa Senang Dan Lega. 9) Penderita mengambil barang secara spontan dan tanpa strategi serta langkah yang rumit,naja seringkali ia meninggalkan jejak dan jejak tersebut justru mengarah ke pelaku tunggal yaitu ia sendiri. 10) Penderita tidak merasa bersalah setelah mengambil barang tersebut,bahkan ia akan berani memakainya di depan si pemilik asli,tetapi ada pula yang menyembunyikan atau malah mengembalikannya.
Pandangan psikodinamika menganggap bahwa penyebab kleptomania adalah adanya pertahanan melawan impuls, keinginan, konflik atau kebutuhan yang menakutkan di alam bawah sadar. Impuls atau keinginan ini merupakan refleksi motif seksual atau masochistic (kesenangan karena menderita) dan tindakan mencuri merupakan pengeluaran impuls yang menunjukkan mekanisme narsisistik individu yang mudah dikritik untuk mencegah pengecilan diri.
kleptomania adalah sebuah gangguan yang dapat di prognosiskan secara baik dengan terbagai treatment yang ada seperti Corey dalam Singgih D. Gunarsa (2000) merumuskan pandangan terhadap manusia dari sudut kelompok kognitif  behavioristik, manusia dilahirkan dengan kemampuan untuk berpikir rasional, tetapi juga dengan kecenderungan untuk berfikir “Tidak lurus” mereka cenderung untuk percaya kepada hal-hal yang tidak rasional dan untuk menanamkan kepercayaan ini terhadap diri sendiri.
Terapi kognitif behavior menurut Singgih D. Gunarsa (2000) mendasarkan pada penggabungan antara tiga pendekatan yaitu:
1.    Biomedik adalah membentuk pola pikir seseorang yang logis, kreatif dan inofatif.
2.    Intrapsikik yaitu merupakan proses dimana upaya-upaya yang tidak disadari dicegah berkaitan dengan kesadaran
3.    Lingkungan yaitu setiap manusia mempunyai hubungan dengan orang-orang atau masyarakat untuk berperilaku dan berkomunikasi.
Terapi dengan teknik ini banyak mempergunakan prosedur dasar untuk melakukan perubahan kognotif dan perilaku, misal seperti: pengamatan diri, kontrak dengan diri sendiri, dan artian lebih luas teknik ini mengajarkan keterampilan kepada klien dalam menghadapi suasana yang menimbulkan kecemasan. Jadi bagaimana seseorang berfikir, menentukan bagaimana perasaan dan reaksinya. Pikiran seseorang memberikan gambaran tentang rangkaian kejadiaan didalam kesadarannya. Gejala perilaku yang berkelainan atau menyimpang, berhubungan erat dengan isi pikiran, misalnya seorang menderita kleptomania, di dalam pikiran dimunkinkan terdapat pemikiran untuk menyakiti diri sendiri, sehingga impuls tersebut dinyatakan dengan tindakan mencuri. Dalam hal seperti ini, kognitif behavioral dipergunakan untuk mengidentifikasi, memperbaiki perilaku yang maladaptif, dan fungsi kognisi yang terhambat, yang mendasari aspek kognitifnya yang ada.
Pada tata pelaksanaan cognitive-behavioral therapy dapat diberikan beberapa perlakuan seperti covert sensitization, dimana individu direkam secara diam-diam ketika melakukan pencurian, hasil rekaman tersebut akan diperlihatkan kepada individu dengan pengarahan konsekuensi sosial terhadap perilakunya tersebut. Penggantian kontruk pemikiran dapat dilakukan dengan berbagai pemikiran logis yang dapat menggantikan kontruk lama para penderita, bahwa mencurian dapat membahayakan diri penderita dan menimbulkan kerugian secara material dan psikis bagi korban, atau dengan metode desentrasisasi sistemik, dimana penderita dihadapkan pada satu stimuli yang menimbulkan keinginan kuat untuk mencuri, namun terapis mendampingi klien dengan memberikan kontruk pemikiran logis baru, hal tersebut dilakukan berulang dalam beberapa sesi dan menambahan stimuli diberikan secara berlaka sehingga penderita dapat mengontrol diri untuk tidak melakukan aktivitas pencurian.  
Sebagai tambahan dapat dilakukan pendekatan untuk mengenal diri sendiri melalui meditasi. Dengan meditasi, penderita diajar untuk memusatkan pikirannya. Bila penderita bisa melakukan pemusatan pikiran dan kemudian penderita bisa tidur nyenyak, maka keseimbangan yang diperoleh ini akan meningkatkan fungsi sistem yang ada dalam tubuh. Sistem saraf otonom, sistem daya tahan tubuh dan sistem hormonal akan bekerja bersama-sama dalam keadaan seimbang yang mempengaruhi sistem neurotransmiter. Keseimbangan neurotransmiter ini akan meningkatkan kesadaran penderita yang menyebabkan adanya pemahaman diri bahwasanya setiap manusia memiliki dorongan untuk menyakiti diri sendiri, hal itu dapat di jelaskan dalam pembagian insting kehidupan dan insting kematian, sehingga ego seorang anak tidak perlu bersusah payah menyalurkan dorongan tersebut terdapat perilaku maladaptive seperti mencuri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar