BAB II
PEMBAHASAN
A.
Tipe
Iklim
1. Faktor-faktor
yang mempengaruhi iklim
Faktor-faktor
yang mempengaruhi iklim antara lain sebagai berikut
a. Letak
garis lintang
b. Letak
tinggi tempat
c. Pengaruh
daratan yang luas
d. Lokasi
daerah
e. Daerah
gunung atau pegunungan yang dapat mempengaruhi posisi banyangan hujan
f. Suhu
udara dan awan
g. Banyak
atau sedikitnya curah hujan
h. Pengaruh
arus laut
i.
Panjang dan
pendeknya musim
j.
Pengaruh
topografi dan vegetasi
2. Macam-macam
Iklim
Menurut
dasar yang digunakan untuk membuat pembagian daerah-daerah iklim, ada
macam-macam iklim sebagai berikut:
a. Iklim
Matahari
Dasar
perhitungannya untuk mengadakan pembagian daerah iklim matahari ialah banyaknya
sinar mata hari yang diterima oleh permukaan bumi.
Menurut
teori, makin jauh dari katulistiwa makin besar sudut datang sinar matahari,
sehingga makin sedikit jumlah sinar matahari yang diterima oleh permukaan bumi.
Pembagian
daerah iklim matahari didasarkan pada letak lintang adalah sebagai berikut.
1) Daerah
iklim tropis
a) 00
LU - 23,50LU
b) 00
LS - 23,50LS
2) Daerah
Iklim Sedang
a) 23,50
LU – 66,50 LU
b) 23,50
LS – 66,50 LS
3) Daerah
iklim Dingin
a) 66,50
LU- 900 LU
b) 66,50
LS- 900 LS
Pembagian
daerah iklim menurut iklim matahari didasarkan suatu teori, bahwa temperatur
udara makin rendah jika letaknya makin jauh dari khatulistiwa. Maka dari itu,
ada ahli yang menyebut iklim matahari sebagai iklim teoritis.
b. Iklim
Fisis
Iklim
fisis ialah iklim yang didasarkan pada pembagian daerah menurut kenyataan
sesungguhnya sebagai pengaruh dari faktor-faktor fisis berikut.
1) Pengaruh
daratan yang luas
2) Pengaruh
lautan
3) Pengaruh
angin
4) Pengaruh
arus laut
5) Pengaruh
vegetasi
6) Pengaruh
topografi
c. Iklim
menurut Koppen
Koppen
mengadakan pembagian daerah iklim berdasarkan temperatur dan hujan. Menurut
keadaan temperatur dan hujannya, permukaan bumi dibagi menjadi beberapa daerah
iklim.
Untuk
ciri-ciri temperatur dan hujan digunakan huruf-huruf besar dan huruf-huruf
kecil sebagai berikut:
A
= Temperatur normal dari bulan-bulan yang terdingin paling rendah 180
C. Suhu tahunan 200C sampai 250C dengan curah hujan
rata-rata dalam setahun + 60cm.
B
= Temperatur normal dari bulan-bulan yang terdingan di antara 180 C - 30C.
C
= Temperatur bulan-bulan terdingin di bawah 30C.
D
= Temperatur bulan-bulan terpanas di atas 00C
E
= Temperatur bulan-bulan terpanas dibawah 100C
F
= Temperatur bulan-bulan terpanas di antara 00C - 100C
G
= Temperatur bulan-bulan terpanas di bawah 00C
Ciri-ciri hujan:
B.
Iklim kering hujan dibawah batas kering
f.
selalu basah: hujan jatuh dalam semua musim
s.
bulan-bulan yang kering terjadi pada musim panas di belahan bumi tempat yang
bersangkutan.
w.
Bulan-bulan yang kering
m.
Bentuk peralihan : hujan cukup untuk membentuk hutan dan musim keringnya
pendek.
Koppen
membedakan iklim menjadi lima kelompok utama sebagai berikut.
1)
Iklim A, yaitu iklim khatulistiwa yang terdiri
atas:
a) Af : Iklim hutan tropis
b) Aw:
Iklim Sabana
2)
Iklim B, yaitu
iklim subtropik yang terdiri atas:
a) Bs : Iklim Stepa
b) Bw:
Iklim gurun
3)
Iklim C, yaitu
iklim sedang maritim yang terdiri tas:
a) Cf : iklim sedang maritim tidak dengan musim panas
yang kering
b) Cw:
iklim sedang maritim dengan musim dingin yang kering
c) Cs:
Iklim sedang maritim dengan musim panas yang kering
4)
Iklim D yaitu
iklim sedang kontinental yang terdiri atas:
a) Df : iklim sedang kontinental yang selalu basah
b) Dw:
iklim sedang kontinental dengan musim dingin yang kering
5)
Iklim E yaitu
iklim arktis atau iklim salju yang terdiri atas
a) Et : Iklim tundra
b) Ef : Iklim dengan es abadi.
Karena
iklim di pegunungan mempunyai sifat tersendiri, maka koppen masih mengadakan
pembagian sebagai berikut.
Iklim RG :
Iklim pegunungan di bawah 3.000 mdpl
Iklim H :
iklim pegunungan di bawah 3.000 mdpl
Iklim RT :
Iklim pegunungan sesuai dengan ciri-ciri iklim ET.
Untuk
menentukan tipe iklim suatu daerah menurut W.Koppen dapat dilakukan melalui langkah
berikut: dengan menghubungkan jumlah hujan pada bulan terkering dengan jumlah
hujan setahun, secara lurus pada diagram kopper.
d. Iklim
menurut Schmitd
Dalam
pembagian iklim, Schmidt-Ferguson lebih menitik beratkan tipe curah hujan dan
penggolongannya. Adapun langkah-langkah cara penentuannya sebagai berikut:
1) Untuk
menentukan tipe curah hujan Dr.Schmidt dan Ir.Ferguson mendasarkan tingkat
kebasahan yang disebut Gradient (Q)
2) Untuk
menentukan nilai Q ditetapkan dengan rumus:
Q = Banyaknya jumlah bulan kering x 100%
3) Untuk
menentukan kreteria bulan kering dan bulan basah menggunakan klasifikasi
menurut Mohr, sebagai berikut.
a) Bulan
kering = bulan yang curah hujannya
kurang dari 60 mm
b) Bulan
basah = bulan yang curah hujannya lebih
dari 100 mm
4) Berdasarkan
rasio Q, maka tipe curah hujan digolongkan sebagai berikut.
Tipe A jika Q = 0% -14,3%
Tipe B jika Q = 14,3% -33,3%
Tipe C jika Q = 33,3% - 60%
Tipe D jika Q = 60% - 100%
Tipe E jika Q = 100% - 167%
Tipe F jika Q = 167% - 300%
Tipe G jika Q = 300% - 700%
Tipe H jika Q = lebih dari 700%
e. Iklim
menurut Oldeman
Dalam
pembagian iklim, Oldeman lebih menitikberatkan pada banyaknya bulan basah dan
bulan kering secara berturut-turut yang dikaitkan dengan sistem pertanian untuk
daerah-daerah tertentu. Maka dari itu, penggolongan iklimnya lebih dikenal
dengan sebutan zona agroklimat.
|
Simbol
subdivisi
|
Bulan
Kering
|
Bulan
basah
|
Masa
Tanam Bulan
|
Keterangan
|
|
1.
|
<2
|
11-12
|
11-12
|
Kemungkinan penanaman
tanaman pangan dapat diusahakan sepanjang tahun
|
|
2.
|
2
- 3
|
9-10
|
9-10
|
Penanaman tanaman
dapat diusahakan sepanjang tahun melalui perencanaan yang teliti
|
|
3.
|
4
- 6
|
6-8
|
6-8
|
Periode bero tidak
dapat dihindari, tetapi penanaman 2 jenis tanaman secara bergantian masih
mungkin dapat dilakukan, seperti : lahan sawah, ditanami padi, berikutnya
palawija
|
|
4.
|
7
- 9
|
3-5
|
3-5
|
Kemungkinan penanaman
tanaman pangan hanya satu kali
|
|
5.
|
9
|
3
|
3
|
Tidak sesuai untuk
tanaman bahan pangan tanpa penambahan sumber air berikut sistem irigasi yang
teratur baik.
|
Zona
agroklimat utama dibagi atas lima subdivisi. Masing-masing subdivisi terdiri
dari bulan kering berurutan yang dihubungkan dengan masa tanaman seperti
ditunjukkan pada tanel diatas. Walaupun oldeman tidak menginformasikan
faktor-faktor lain yang mempengaruhinya, namun penggolongan iklimnya lebih
praktis dan dapat memberi petunjuk untuk mencari kemungkinan-kemungkinan
pemanfaatan lahan pertanian yang lebih produktif.
Dengan
mempelajari jumlah bulan basah dan bulan kering, kita dapat menganalisis data
curah hujan di suatu daerah lebih rinci dan dapat menafsirkan
kemungkinan-kemungkinannya untuk pertanian apa yang cocok.
B.
Persebaran
Curah Hujan Di Indonesia
Daerah Konvergensi Antar Tropis (DKAT) adalah suatu
daerah atau zona yang memiliki suhu tertinggi dibandingkan dengan daerah
sekelilingnya. Oleh karena itu, daerah ini disebut juga ekuator termal. Suhu
yang tinggi mengakibatkan banyak penguapan sehingga daerah ini akan terjadinya
hujan zenit atau hujan konveksi. Letak DKAT mengalami pergeseran dari utara ke
selatan, yaitu dari 23 ½ 0 LU sampai 23 ½ 0 LS, setiap
empat belas hari.
Secara astronomis, negara Indonesia terletak di
daerah tenang ekuatorial ( daerah doldrum) dan secara geografis memungkinkan
adanya penguapan yang besar. Oleh karena itu, pada musim kemarau kadang-kadang
juga masih banyak hujan. Dengan demikian, tidak ada batas yang jelas antara
musim kemarau dan musim penghujan.
Sebagai negara kepulauan yang memiliki laut yang
luas dan suhu yang tinggi, penguapan udara Indonesia sangat banyak sehingga
kelembaban udara selalu tinggi. Kelembaban udaqara yang tinggi menyebabkan
curah hujan yang tinggi pula. Meskipun demikian, banyaknya curah hujan di tiap-tiap
daerah tergantung pada faktor-faktor berikut.
1. Letak
daerah konvergensi antartropis
2. Bentuk
medan dan arah lereng medan
3. Arah
angin yang sejajar dengan pantai
4. Jarak
perjalanan angin di atas medan datar
5. Posisi
geografis daerahnya.
Rata-rata curah hujan di Indonesia tergolong tinggi,
yaitu lebih dari 2.000 mm/ tahun. Daerah yang paling tinggi curah hujannya
adalah daerah Baturaden di lereng Gunung Selamet, dengan curah hujan rata-rata
±589 mm/bulan. Daerah yang paling kering adalah daerah Palu, sulawesi Tengah,
dengan curah hujan rata-rata ± 45,6 mm/ bulan.
Angin yang berasal dari daerah perairan menuju ke
daratan umumnya dapat menimbulkan hujan. Apabila daratan yang dilewati angin
itu lebar dan sifat permukaannya tidak berubah, maka pada kawasan sekitar pantai
kemungkinan akan terjadi hujan, tetapi di daerah pedalaman tidak hujan. Hujan
kemungkinan turun lagi jika medannya mulai naik. Peristiwa tersebut sering
terjadi di kawasan Jakarta, Cibinong, dan Bogor. Pada bulan Januari- Februari
hujan turun di Jakarta dan Bogor, sedangkan di Cibonang udara cerah. Sebaliknya
pada bulan April- Mei jakarta dan Bogor Cerah, sedangkan di Cibonang terjadi
hujan. Profesor I Made Sandy (1987) menyebut peristiwa ini sebagai “ Gejala
Cibinong”.
Peristiwa (gejala Cibinong) di kawasan Jakarta,
Cibinong, dan Bogor. Inilah yang menjadikan munculnya istilah hujan kiriman.
Bahkan, di akhir Januari dan awal Februari tahun 2002 Jakarta mengalami musibah
banjir yang cukup memperhatinkan.
C.
Persebaran
Vegetasi
Menurut penyelidikan terdapat kurang 4.000 jenis
pojon-pohonan, 1.500 paku-pakuan, dan 5.000 jenis anggrek di Indonesia.
Tumbuhan tersebut ada yang hidup karena ditanam dan ada pula yang hidup secara
alami. Tumbuh-tumbuhan yang hidup secara
alami disebut flora atau vegetasi.
Tabel
Persebaran Kelompok Tumbuhan Di Dunia Dan Kaitannya Dengan Tipe Iklim
|
Tipe Iklim
|
Ciri-ciri Iklim
|
Bioma (Kelompok Tumbuhan)
|
|
Kutub
|
Sangat dingin
sepanjang tahun
|
Tundra
|
|
Dingin
|
Dingin sepanjang
tahun
|
|
|
Sedang-Dingin (batas
barat)
|
Hujan sepanjang tahun,
maksimum musim dingin
|
Hutan sedang
meranggas
|
|
|
Terkadang hujan,
maksimum musim panas
|
Padang rumput
|
|
Sedang panas (Batas
Barat: Mediterania)
(Batas Timur: Musim)
|
Hujan
musim dingin
Beberapa
tempat hujan sepanjang tahun, maksimum musim panas
|
Mediterania
Hutan tropis
meranggas
|
|
Tropis Gurun
Kontinental
Musim
Tropis Batas Timur
Ekuator
|
Sedikit hujan
Hujan musim panas
Hujan sepanjang tahun
Hujan sepanjang tahun
|
Gurun (xerofit)
Hutan rumput tropis
(sabana)
Hutan lebat
Hutan hujan tropis
|
Kehidupan tumbuh-tumbuhan dipengaruhi oleh beberapa
faktor seperti iklim, ketinggian tempat, dan bentang lahan. Faktor yang
berpengaruh besar terhadap persebaran flora ialah iklim, terutama suhu udara
dan curah hujan. Indonesia beriklim tropis. Suhu udara rata-rata setiap tahun
cukup tinggi. Oleh karena itu, tumbuh-tumbuhandiIndonesia hidup sepanjang
tahun. Indonesia tidak pernah mengalami musim gugur seperti di negara-negara
beriklim subtropis.
Curah hujan di tiap daerah Indonesia tidak sama. Ada
daerah yang bercurah hujan banyak, sedang, dan sedikit. Hal itu mempengaruhi
jenis dan pertumbuhan flora.
Seorang ahli tumbuh-tumbuhan bangsa Jerman bernama
J.W. Junghuhn menyelidiki tumbuh-tumbuhan di Indonesia. Ia membagi kelompok
tumbuhan berdasarkan tinggi rendahnya daerah.
1. Daerah
panas (0-700 mdpl). Daerah ini cocok untuk tanaman perkebunan, seperti tebu,
kelapa, cokelat, karet, dan tembakau. Tumbuhan alami yang cocok untuk daerah
ini ialah bambu.
2. Daerah
sedang (700-1500 mdpl). Daerah ini cocok untuk tanaman perkebunan, seperti
pinang, kopi, teh, dan kina. Sedangkan tumbuhan alami yang cocok di daerah ini
ialah aren (enau).
3. Daerah
dingin (1.500-2.500 mdpl). Daerah ini cocok untuk tumbuhan alam jenis cemara.
4. Daerah
sangat dingin (2.500-3.500) daerah ini cocok untuk hutan alpin dan
rumput-rumput kerdil.
5. Daerah salju (3.500 mdpl-lebih). Di daerah ini
hampir tidak terdapat tumbuh-tumbuhan, sebab diliputi salju, misalnya di
puncak-puncak pegunungan tinggi di Papua (Irian Jaya).
Pembagian tumbuh-tumbuhan menurut Junghuhn di atas
ternyata tidak bertitik berat pada tumbuhan alami, tetapi juga pada tumbuhan
perkebunan. Meskipun Indonesia beriklim tropis, ternyata flora yang terdapat di
Indonesia tidak hanya flora daerah tropis. Lain halnya dengan negara-negara
yang beriklim subtropis (sedang), misalnya negara-negara Eropa Barat. Di sana
hanya terdapat tumbuh-tumbuhan daerah subtropis, dingin, dan sangat dingin.
Tumbuh-tumbuhan tropis tidak dimiliki oleh negara-negara beriklim subtropis.
D.
Hubungan
Iklim dengan Bentang Alam
Permukaan bumi yang mempunyai letak lintang dan
elevasi (ketinggian) berbeda-beda pula. Keadaan iklim di suatu tempat akan
mempengaruhi keadaan flora, fauna, dan keadaan alam. Kehidupan manusia juga
banyak dipengaruhi oleh keadaan iklim dan keadaan alam. Hal ini terbukti dari
berbagai bentuk rumah, bahan pakaian, bahan makanan, kebiasaan penduduk, dan
jenis kendaraan.
Unsur-unsur iklim mempunyai kaitan-kaitan yang erat
terhadap bentuk bentang-bentang alam dan bentuk bentang budaya. Bentang alam
adalah bagian yang tampak di alam seperti permukaan tanah, vegetasi, dan daerah
perairan. Perubahan bentang alam relatif konstan (tetap) bila dibandingkan
dengan bentang budaya.
1. Kaitan
dengan permukaan tanah
Iklim
panas dengan temperatur dan curah hujan yang tinggi akan mempercepat proses
pelapukan dan erosi, misalnya:
a. Hanyutnya
lapisan tanah yang menyebabkan tanah menjadi tandus( Kritis)
b. Terbentuknya
jurang-jurang yang lebar dan dalam
c. Gunung-gunung
yang tinggi menjadi datar
d. Banyaknya
delta-delta di muara sungai
2. Kaitan
dengan vegetasi
Di permukaan bumi
terdapat beberapa macam vegetasi, misalnya: daerah padang rumput, daerah
tundra, daerah hutan basah, daerah hutan gugur, dan lain-lain yang tumbuh pada
daerah dengan iklim yang berbeda-beda.
Hubungan timbal balik antara manusia dan lingkungan
alam dapat mencerminkan tingkat penyesuaian dan penguasaan manusia terhadap
lingkungan alam. Perwujudannya dapat dilihat pada bentang budayannya. Makin
banyak jumlah penduduk, makin bartambah luas areal bentangalam yang berubah
menjadi bentang budaya. Contoh perubahan bentang budaya adalah munculnya lokasi
permukiman penduduk, lokasi perkantoran, dan lokasi industri yang secara
langsung berakibat pada budaya penduduk di sekitarnya.
Iklim termasuk faktor yang menentukan tinggi rendahnya
kebudayaan, bahkan kunci peradaban atau kebudayaan penduduk, sebab:
1. Iklim
dapat membatasi atau mendukung kegiatan manusia
a. Secara
umum, manusia akan mencari tempat tinggal di daerah yang iklimnya baik.
Misalnya di daerah sedang, tidak terlalu npanas atau tidak terlalu dingin dan
didaerah yang banyak airnya.
b. Daerah
yang sangat dingin, daerah yang sangat panas, atau kering merupakan daerah yang
mempengaruhi dan membatasi bidang-bidang pertanian
c. Daerah
yang mempunyai temperatur panasdapat melemahkan energi dan aktifitas kerja
fisik.
d. Usaha
budidaya manusi dibidang industri banyak berhubungan dengan iklim, lebih-lebih
yang bersifat biotik.
2. Perubahan
keadaan iklim berpengaruh terhadap kesehatan manusia.
a. Penyakit
yang disebarkan oleh nyamuk, misalnya penyakit malaria dan penyakit demam
berdarah, terjadi pada musim penghujan dan di
daerah yang tanahnya becek.
b. Banyak
penyakit muntah berak terjadi pada musim panas yang banyak hujan
c. Penyakit
gangguan pernapasan atau flu sering terjadi pada masa musim penghujan atau
peralihan
d. Penyakit
alergi yang disebabkan dari rangsangan serbuk bungaakan mengalami puncaknya
pada musim mendekati panen padi atu gandum, sebab tanaman tersebut berbunga dan
menjalarkan serbuk sarinya ke mana-mana melalui angin.
BAB III
PENUTUP
E.
Simpulan
Faktor-faktor yang mempengaruhi iklim: Letak garis
lintang, Letak tinggi tempat, Pengaruh daratan yang luas, Lokasi daerah, Daerah
gunung atau pegunungan , Suhu udara dan awan, Banyak atau sedikitnya curah
hujan, Pengaruh arus laut, Panjang dan pendeknya musim, Pengaruh topografi dan
vegetasi
1. Macam-macam
Iklim
f. Iklim
Matahari
Iklim
Matahari dapat disebut dengan Iklim Teoritis, yaitu iklim yang didasarkan pada
suatu teori. Macam-macam iklim matahari, yaitu:
4) Daerah
iklim tropis
5) Daerah
Iklim Sedang
6) Daerah
iklim Dingin
g. Iklim
Fisis
Iklim
yang didasarkan pada pembagian daerah menurut kenyataan sesungguhnya sebagai
pengaruh dari faktor-faktor fisis berikut.
7) Pengaruh
daratan yang luas
8) Pengaruh
lautan
9) Pengaruh
angin
10) Pengaruh
arus laut
11) Pengaruh
vegetasi
12) Pengaruh
topografi
h. Iklim
menurut Koppen
Iklim
menurut temperatur dan curah hujannya.
Ciri-ciri
Temperatur:
A
= Temperatur normal dari bulan-bulan yang terdingin paling rendah 180
C. Suhu tahunan 200C sampai 250C dengan curah hujan
rata-rata dalam setahun + 60cm.
B
= Temperatur normal dari bulan-bulan yang terdingan di antara 180 C - 30C.
C
= Temperatur bulan-bulan terdingin di bawah 30C.
D
= Temperatur bulan-bulan terpanas di atas 00C
E
= Temperatur bulan-bulan terpanas dibawah 100C
F
= Temperatur bulan-bulan terpanas di antara 00C - 100C
G
= Temperatur bulan-bulan terpanas di bawah 00C
Ciri-ciri hujan:
b.
Iklim kering hujan dibawah batas kering
f.
selalu basah: hujan jatuh dalam semua musim
s.
bulan-bulan yang kering terjadi pada musim panas di belahan bumi tempat yang
bersangkutan.
w.
Bulan-bulan yang kering
m.
Bentuk peralihan : hujan cukup untuk membentuk hutan dan musim keringnya
pendek.
Koppen
membedakan iklim menjadi lima kelompok utama sebagai berikut.
6)
Iklim A, yaitu iklim khatulistiwa yang terdiri
atas:
c) Af : Iklim hutan tropis
d) Aw:
Iklim Sabana
7)
Iklim B, yaitu
iklim subtropik yang terdiri atas:
c) Bs : Iklim Stepa
d) Bw:
Iklim gurun
8)
Iklim C, yaitu
iklim sedang maritim yang terdiri atas:
d) Cf : iklim sedang maritim tidak dengan musim panas
yang kering
e) Cw:
iklim sedang maritim dengan musim dingin yang kering
f) Cs:
Iklim sedang maritim dengan musim panas yang kering
9)
Iklim D yaitu
iklim sedang kontinental yang terdiri atas:
c) Df : iklim sedang kontinental yang selalu basah
d) Dw:
iklim sedang kontinental dengan musim dingin yang kering
10) Iklim
E yaitu iklim arktis atau iklim salju yang terdiri atas
c) Et : Iklim tundra
d) Ef : Iklim dengan es abadi.
i.
Iklim menurut
Schmitd
Schmidt-Ferguson
lebih menitik beratkan tipe curah hujan dan penggolongannya. Adapun langkah-langkah
cara penentuannya sebagai berikut:
5) Untuk
menentukan tipe curah hujan Dr.Schmidt dan Ir.Ferguson mendasarkan tingkat
kebasahan yang disebut Gradient (Q)
6) Untuk
menentukan nilai Q ditetapkan dengan rumus:
Q = Banyaknya jumlah bulan kering x 100%
7) Untuk
menentukan kreteria bulan kering dan bulan basah menggunakan klasifikasi
menurut Mohr, sebagai berikut.
c) Bulan
kering = bulan yang curah hujannya
kurang dari 60 mm
d) Bulan
basah = bulan yang curah hujannya lebih
dari 100 mm
8) Berdasarkan
rasio Q, maka tipe curah hujan digolongkan sebagai berikut.
Tipe A jika Q = 0% -14,3%
Tipe B jika Q = 14,3% -33,3%
Tipe C jika Q = 33,3% - 60%
Tipe D jika Q = 60% - 100%
Tipe E jika Q = 100% - 167%
Tipe F jika Q = 167% - 300%
Tipe G jika Q = 300% - 700%
Tipe H jika Q = lebih dari 700%
j.
Iklim menurut
Oldeman
Penggolongan iklim
Oldeman lebih dikenal dengan sebutan
zona agroklimat. Penggolongan iklimnya lebih praktis dan dapat memberi petunjuk
untuk mencari kemungkinan-kemungkinan pemanfaatan lahan pertanian yang lebih
produktif.
|
Simbol
subdivisi
|
Bulan
Kering
|
Bulan
basah
|
Masa
Tanam Bulan
|
Keterangan
|
|
6.
|
<2
|
11-12
|
11-12
|
Kemungkinan penanaman
tanaman pangan dapat diusahakan sepanjang tahun
|
|
7.
|
2
- 3
|
9-10
|
9-10
|
Penanaman tanaman
dapat diusahakan sepanjang tahun melalui perencanaan yang teliti
|
|
8.
|
4
- 6
|
6-8
|
6-8
|
Periode bero tidak
dapat dihindari, tetapi penanaman 2 jenis tanaman secara bergantian masih
mungkin dapat dilakukan, seperti : lahan sawah, ditanami padi, berikutnya
palawija
|
|
9.
|
7
- 9
|
3-5
|
3-5
|
Kemungkinan penanaman
tanaman pangan hanya satu kali
|
|
10.
|
9
|
3
|
3
|
Tidak sesuai untuk
tanaman bahan pangan tanpa penambahan sumber air berikut sistem irigasi yang
teratur baik.
|
2.
Persebaran
Curah Hujan Di Indonesia
.
Secara astronomis, negara Indonesia terletak di
daerah tenang ekuatorial ( daerah doldrum) dan secara geografis memungkinkan
adanya penguapan yang besar.
Sebagai negara kepulauan yang memiliki laut yang
luas dan suhu yang tinggi, penguapan udara Indonesia sangat banyak sehingga
kelembaban udara selalu tinggi. Kelembaban udara yang tinggi menyebabkan curah
hujan yang tinggi pula.
Banyak faktor yang mempengaruhi curah hujan di tiap
daerah, yaitu:
6. Letak
daerah konvergensi antartropis
7. Bentuk
medan dan arah lereng medan
8. Arah
angin yang sejajar dengan pantai
9. Jarak
perjalanan angin di atas medan datar
10. Posisi
geografis daerahnya.
Rata-rata curah hujan di Indonesia tergolong tinggi,
yaitu lebih dari 2.000 mm/ tahun.
Angin yang berasal dari daerah perairan menuju ke
daratan umumnya dapat menimbulkan hujan. Apabila daratan yang dilewati angin
itu lebar dan sifat permukaannya tidak berubah, maka pada kawasan sekitar
pantai kemungkinan akan terjadi hujan, tetapi di daerah pedalaman tidak hujan.
Hujan kemungkinan turun lagi jika medannya mulai naik.
3.
Persebaran
Vegetasi
Vegetasi merupakan persebaran tumbuh-tumbuhan yang
hidup secara alami.
|
Tipe Iklim
|
Ciri-ciri Iklim
|
Bioma (Kelompok Tumbuhan)
|
|
Kutub
|
Sangat dingin
sepanjang tahun
|
Tundra
|
|
Dingin
|
Dingin sepanjang
tahun
|
|
|
Sedang-Dingin (batas
barat)
|
Hujan sepanjang
tahun, maksimum musim dingin
|
Hutan sedang
meranggas
|
|
|
Terkadang hujan,
maksimum musim panas
|
Padang rumput
|
|
Sedang panas (Batas
Barat: Mediterania)
(Batas Timur: Musim)
|
Hujan
musim dingin
Beberapa
tempat hujan sepanjang tahun, maksimum musim panas
|
Mediterania
Hutan tropis
meranggas
|
|
Tropis Gurun
Kontinental
Musim
Tropis Batas Timur
Ekuator
|
Sedikit hujan
Hujan musim panas
Hujan sepanjang tahun
Hujan sepanjang tahun
|
Gurun (xerofit)
Hutan rumput tropis (sabana)
Hutan lebat
Hutan hujan tropis
|
beberapa faktor yang mempengaruhi persebaran
vegetasi, antara lain: iklim, ketinggian tempat, dan bentang lahan.
J.W. Junghuhn membagi persebaran vegetasi di
Indonesia berdasarkan tinggi rendahnya daerah sebagai berikut:
6. Daerah
panas (0-700 mdpl).
Cocok untuk tanaman
perkebunan, seperti tebu, kelapa, cokelat, karet, dan tembakau.
7. Daerah
sedang (700-1500 mdpl).
Cocok untuk tanaman
perkebunan, seperti pinang, kopi, teh, dan kina.
8. Daerah
dingin (1.500-2.500 mdpl). Daerah ini cocok untuk tumbuhan alam jenis cemara.
9. Daerah
sangat dingin (2.500-3.500)
Cocok untuk hutan alpin dan
rumput-rumput kerdil.
10. Daerah salju (3.500 mdpl-lebih).
Di daerah ini hampir tidak terdapat tumbuh-tumbuhan,
sebab diliputi salju, misalnya di puncak-puncak pegunungan tinggi di Papua
(Irian Jaya).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar